Jumat, 05 November 2010

Manusia, penyebab kerusakan terumbu karang



Indonesia memiliki 17.480 pulau dengan panjang pantai 95.181 km2 menyimpan kekayaan dengan potensi ekonomi 149,94 miliar dolar AS dalam setahun.
Data tersebut belum valid karena di kedalaman laut Nusantara masih banyak potensi ekonomi yang dapat dimaksimalkan. Misalnya dari terumbu karang di mana Indonesia dikenal sebagai pusat distribusi terumbu karang di Indo-Pasifik
Awam menganggap terumbu karang adalah komunitas yang berdiri sendiri yang cuma ada di dasar samudera, tak berkait dengan laut secara keseluruhan. Padahal, terumbu karang adalah bagian dari eksosistem penting dunia. Di daerah pesisir hingga hutan bakau, di laut rendah pun samudera dalam hingga padang lamun, terumbu karang adalah kesatuan tak terpisahkan dari alam semesta. Seperti manusia, terumbu karang adalah bagian dari organ tubuh.
Terumbu karang adalah ekosistem yang amat peka dan sensitif. Contohnya, bila diambil sebuah saja, langsung rusaklah keutuhannya karena kehidupannya dibentuk dan terbentuk oleh hubungan saling ketergantungan. Ekosistem terumbu karang yang bervariasi tumbuhnya di wilayah tropis seperti Indonesia, sangat kompleks dan produktif dengan keanekaragaman jenis biota yang amat tinggi.
Keeksotikan tersebut ada di hampir seluruh laut Indonesia, mulai Sabang di ujung barat Nanggroe Aceh Darussalam sampai ke Irian Jaya. Tetapi, dikarenakan ketidaktahuan dan didorong faktor ekonomi menjanjikan, keistimewaan terumbu karang Indonesia, rusak. Nelayan tradisional ingin menangkap ikan lebih banyak, membom terumbu karang Pemboman ikan bukan saja mematikan ikan tetapi berdampak pada kerusakan seluruh biota laut. Kolektor menangkap ikan hias dengan merusak terumbu karang. Eksploitasi hasil laut seperti mengambil karang laut juga merupakan bentuk pengrusakan biota laut. Karang merupakan rumah ikan sekaligus sumber makanan bagi ikan, sementara karang membutuhkan waktu sangat lamah untuk tumbuh dan berkembang.Usahawan bermodal besar, menghalalkan praktik illegal fishing dan illegal coral menghancurkan terumbu karang. Orang kaya mendirikan rumah, kaum borju membangun imperium, penguasa mendirikan menara … dan lain sebagainya menggunakan kaca berlebihan yang berefek pada peningkatan panas bumi membuat pertumbuhan terumbu karang stagnan bahkan minus. Kelompok egois berpraktik illegal loging menambah panas bumi.
Praktik yang insinergis itu secara langsung menumbuhkan berlipatnya karbon dioksida di atmosfer. Karbon tersebut kemudian diserap samudra akan menjadi lebih asam, yang secara serius merusak amat cepat banyak biota laut, mulai dari terumbu karang hingga kumpulan plankton, dari udang besar hingga rumput laut.
Menurut laporan Global Coral Reef Monitoring Network yang disiarkan di Poznan, Polandia, Rabu (10/12-2008), bila kondisi tersebut dibiarkan, 20 – 40 tahun ke depan, terumbu karang akan punah. Muaranya, kehidupan dalam ekosistem, timpang yagn membuat lima ratus juta manusia yang kehidupannya bergantung pada terumbu karang, terganggu dan harus mencari lahan baru. (Oki Lenore/y)
Membuang Sampah, Merusak Lingkungan Laut
KERUSAKAN biota laut juga akibat perilaku manusia sehari-hari seperti membuang sampah di laut. Membuang sampah baik sampah organik maupun organik berpotensi merusak lingkungan laut sebab berbagai aneka jenis sampah tersebut tidak lansung terurai.
Dibutuhkan waktu bertahun-tahun agar sampah tersebut terurai. Beberapa contoh sampah yang membutukan waktu lama untuk terurai antara lain kulit pisang membutuhkan waktu 2 tahun, puntung rokok 1 hingga 5 tahun, kain nilon atau jaring membutuhkan 30 hingga 40 tahun, bahan kulit mebutuhkan waktu 50 tahun, kaleng alumanium sekitar 80 hingga 100 tahun, botol kaca sekitar 1 juta tahun, kantong plastik sekitar 20 hingga 1.000 tahun sementara botil plantik tidak dapat diperkirakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar